Wahai kawannku, aku ingin menceritakan sebuah kisah tentang seorang patriot tua.
Ya, mungkin memang tidak terdengar menarik awalnya, tapi percayalah, kau harus mendengar ini...
Seorang patriot pejuang kemerdekaan, dia telah tua, rambutnya putih, kaki kakinya telah kesulitan hanya untuk berdiri dan berjalan. Suatu ketika dia duduk termangun di kursi tuanya, memandang bendera lusuh di depan pagarnya.
Dia teringan akan masa - masa perjuanagnnya dulu, saat dia harus berkorban jiwa, raga, harta bahkan nyawa sekalipun. Dia ingat tatkala harus maju di depan melawan penjajah, demi kemerdekaan bangsa dan negaranya. Ya, kemerdekaan, hanya itu yang dia dan kawan - kawan seperjuangannya inginkan. Mereka siap berkorban apapun untuk Negara tampa pamrih, tanpa embel - embel jabatan, penghormatan atau apapun. Mereka hanya berbakti pada negara. Pada masa itu, harga diri bangsa adalah harga mati yang wajib diperjuangkan hingga titik darah penghabisan...
Namu, setelah itu dia menangis. Ya, patriot tua yang gagah itu menangis. Bukan tangis bahagia karena telah merdeka, namun tangisan sedih karena Bangsanya tidak memiliki sikap patriotisme seperti dia dan para pahlawan lainnya dulu. Pada saat ini, banyak orang yang hanya akan melakukan sesuatu jika ada pamrihnya. Mereka selalu memikirkan hasil, uang, jabatan, kekayaan, pernghormatan, dll. Sangat sulit mencari penerus bangsa yang hanya ingin berjuang untuk negaranya tanpa memikirkan pamrih.
Air mata itu bertambah, tatkala diingatnya kasus - kasus korupsi yang kian marak di negeri ini. Kasus - kasus yang sedikit demi sedikit menggerogoti tubuh bangsa yang perkasa yang dulu ia perjuangkan setengah mati dengan seluruh jiwa dan raganya. Bangsa ini terancam, oleh rakyatnya sendiri.
Ia pun mengingat salah satu nasehat Ir. Soekarno, " Perjuanganku lebih mudah karena melawan bangsa asing (Belanda), tapi perjuanganmu akan lebih berat, karena kau harus melawan bangsa mu sendiri"
yah, sang patriot tua itu pun mengerti sudah apa yang di maksud bung Karno...
Ya, ia baru mengerti setelah sekian lama orang yang memberi nasehat tiada, ia baru mengerti...
Tapi yang ia bisa lakukan sekarang adalah berdoa, berdoa, dan berusaha untuk memperbaiki bangsa ini dengan memberi peengetahuan, dan menuntun para penerus bangsa, generasi muda untuk membangun bangsa ini, sedikit demi sedikit...
satu demi satu bagian yang telah hilang dari bangsa ini, harus kembali dibangun, menjadi lebih baik.
Itulah tugas kita generasi muda bangsa ini, dan untuk penyemangat kita. bayangkanlah sang patiot tua itu adalah Ayah, Kakek, Paman kita.
Janganlah kita kecewakan mereka, mengecewakan para pahlawan, dan mari selamatkan generaasi penerus bangsa di masa yang akan datang
2014/01/04
RENUNGAN SANG PATRIOT
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Popular posts
-
Seorang wanita muda duduk merenungi hidupnya yang menurutnya datar-datar saja, tidak ada yang istimewa ataupun yang layak disyukuri. Sem...
-
Seorang Professor berdiri di depan kelas Filsafat. Saat kelas dimulai, ia mengambil toples kosong dan mengisinya dengan bola-bola golf. Ke...
-
Cinta sejati, itu yang di cari oleh setiap orang. Namun tak setiap orang dapat menemukannya... Beruntunglah bagi mereka yang telah menemu...
-
Dari jauh datanglah seorang anak lelaki yang sedang marah dan sesekal berkata sesuatu yang buruk. Ibunya yang mengetahui segera mengha...
Pages
Diberdayakan oleh Blogger.
About Me
- Unknown
Tidak ada komentar:
Posting Komentar