2013/02/08

    ANALOGI TITIK DAN EJEKAN




    Dari jauh datanglah seorang anak lelaki yang sedang marah dan sesekal berkata sesuatu yang buruk. Ibunya yang mengetahui segera menghampirinya.
    “ada apa kau pulang sekolah dalam keadaan marah seperti itu?”
    “aku hanya marah mah, aku marah karena teman – temanku mengejekku, lalu akupun membalas mengejeknya.” Jawab sang anak
    “ lalu apa yang terjadi selanjutnya? Apakah kau bertengkar?”
    “tidak, tentu tidak, hanya saja setelah itu kami salng mengejek hingga pulang sekolah.”
    “baik, ibu mengerti. Setelah ini untuk menghilangkan marahmu, ambillah spidol dan kertas gambar ini,” kata sang ibu sembari memberikan spidol hitam dan kertas gambar ukuran besar.
    “untuk apa spidol dan kertas gambar ini? Aku sedang marah, bukan mau menggambar.”
    “cobalah mulai sekarang kau hitung disekolah kau mengejek temanmu berapa kali, lalu kau tuliskan titik pada kertas ini sesuai jumlah ejekanmu.”
    “untuk apa semua itu?”
    “cobalah saja dulu, lalu apabila kau memuji temanmu itu, tutuplah titik yang kau tuliskan dengan kertas label.”
    “ baiklah, akan aku coba ibu,” jawab sang anak sembari berjalan menuju kamarnya.
    Pada hari berikutnya sang anak mulai memberikan titik pada kertas tersebut, pertama 15 titik,lalu semakin hari semakin berkurang, dan tidak ada titik lagi yang dituliskan, namun anak tersebut mulai menempel kertas pada titik tersebut untuk menutupinya, sesuai perintah ibunya.
    Setelah beberapa bulan sang ibu bertanya pada anaknya, “bagaimana keaadaan kertas yang pernah aku berikan? Bolehkan ibu melihatnya?”
    Sang anak memberikan krtas tersebut kepada ibunya, setelah sang ibu melihat, ternyata hanya ada beberapa titik pada ketas tesebut, namun jumlah titik yang ditutupi amat banyak.
    “lihatlah wahai anakku.” Sang ibu membuka beberapa kertas penutup titik tersebut. “titik yang kau tutupi dengan kertas akan selamanya ada disini, tak peduli akan kau tutupi dengan kertas sebanyak apapun. Sama halnya dengan ucapanmu, semua ejekan yang kau tujukan pada temanmu akan selamanya diingat temanmu sebagai ejekan, meski berapapun kau memuji temanmu.”
    Sang anak yang sadar lalu meminta maaf dan berjanji untuk berubah.
    “ingatlah bahwa orang mungkin lupa dengan pujian seseorang, namun ia tak akan lupa dengan ejekan seseoarang.”

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar